Selasa, 22 September 2009

Jangan Panggil aku BANDEL!!!

Seorang anak berusia 1,5 tahun bergerak lincah kesana kemari. Tubuhnya tak

pernah bisa diam. Ia selalu berusaha meraih benda apapun yang ia lihat.

Geraknya sangat lincah, padahal langkahnya pun masih tak berarah, oleng

sana oleng sini.Kepala dan wajahnya banyak sekali meninggalkan bekas luka.

Karna terbentur tembok sana tembok sini. tapi tak pernah sekalipun

membuatnya jera.

Karena ia terlalu aktif, orang tuanya selalu memanggilnya dengan sebutan

"dasar anak bandel" (???)

Pernahkah kita (sebagai orang yg lebih tua) berfikir bahwa seorang anak yg

berusia 1,5 tahun tersebut termasuk kategori anak yg nakal?

Padahal Jean Piaget seorang psikolog dari Swiss mengklasifikasikan kategori

perkembangan anak pada tahap-tahap tertentu. Dan pada tahap usia 0-2 tahun

Piaget berpendapat bahwa anak tengah mengalami kondisi seperti ini:

"bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk

mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi

refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari

empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan

kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:

1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu

dan berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai

empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat

sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara

penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia

sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat

objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau

dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas

sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-

cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan

tahapan awal kreativitas"

Pada usia 0-2 tahun perkembangan piskomotorik anak sedang berkembang.

Bergerak adalah indikator utama bahwa anak sedang mengalami masa

perkembangan motoriknya. Namun, kebanyakan orang tua (sebagian besar yang

memiliki tingkat pendidikan rendah) tidak memahami bahwa keaktifan yg

dilakukan sang anak adalah pertanda baik yang wajib disyukuri. Mereka malah

men-cap anak mereka anak yg Nakal/Bandel dan justru cenderung memarahi

bahkan menghukumnya.Hal ini juga dikarenakan rasa ketidaksabaran orang tua dalam menghadapi anak

yg 'aktif'.Dan ujung-ujungnya timbulah kasus kekerasan terhadap anak.


Kurangnya pengetahuan orang tua dan ketidaksabaran terhadap tingkah laku

sang anak yang cenderung aktif membuat banyak orang tua men-cap anaknya

dengan sebutan bandel atau nakal. Padahal itu tidak sepenuhnya benar.

Berdasar ilmu pedagogika dan teori belajar yang pernah saya pelajari, anak

-anak berkembang sesuai dengan fase perkembangannya. Maka dari itu orang tua

harus paham benar fase-fase perkembangan anak. apabila di usia 0-2 tahun

anak cenderung pendiam atau pasif, justru itulah yang dipertanyakan.

Jangan biarkan anak berkembang dalam ketakutan dan kekerasan dari orang

tua. Walaupun itu hanya sekedar sebutan nakal atau bandel.Bukankankah

ucapan adalah do'a? lalu bagaimana jika orang tua memanggil sang anak

dengan sebutan seperti itu?

wallahu'alam


Spesial untuk sepupuku yg Lucu
"Lika Andrian"

Jumat, 11 September 2009

Little Note About Film


Little Note About ‘Film’
Dari Berbagai Sumber

Apa Itu Film ?

Cinematografi berasal dari bahasa Yunani yaitu kinesis (gerakan) dan grapho (mencatat), secara garis besar adalah perpaduan pilihan lampu dan kamera saat merekam gambar foto untuk bioskop. Hal ini masih terkait erat dengan seni fotografi. Banyak tambahan masalah dan masukan kreatif yang timbul ketika perpaduan kamera dan elemen-elemen tapilan visual bergerak, dan direkam.
Gambar bergerak, yang dalam bahasa inggris disebut motion picture adalah serangkaian gambar-gambar yang diproyeksikan pada sebuah layar agar tercipta ilusi (tipuan) gerak yang hidup. Motion picture yang disebut juga movie, film atau sinema adalah salah satu bentuk hiburan yang populer, yang menjadikan manusia melarutkan diri mereka dalam sebuah dunia imajinasi dalam waktu tertentu. Akan tetapi, movie juga mengajarkan manusia tentang sejarah, ilmu pengetahuan, tingkah laku manusia dan berbagai macam hal lainnya.

Jenis Film

Ada beberapa jenis film, di antaranya yang populer adalah film feature, film animasi,film dokumenter, film eksperimen, film industri dan film pendidikan.Film feature adalah film yang umum di tayangkan di bioskop-bioskop. Film jenis inibiasanya memiliki durasi kurang lebih satu atau satu setengah jam dan menceritakan kisah fiksi (khayalan) atau kisah yang berdasar pada hal nyata tetapi dimainkan /diperankan oleh seorang aktor. Daftar film feature yang populer akan sangat panjang untuk ditulis di sini, tetapi di antaranya ialah The Birth of a Nation (1914), Metropolis (1926), Citizen Kane (1941), Casablanca (1942), On the Waterfront (1954), The Sound of Music (1965), The Godfather (1972), Star Wars (1977), Gandhi (1982), Jurassic Park (1993), dan Titanic (1997).
Film animasi sejenis dengan film feature, perbedaannya ialah film animasi menggunakan gambar-gambar yang dibuat oleh para ahli seni. Film jenis ini membuat ilusi gerak hidup dari rangkaian gambar dua dimensi, objek-objek tiga dimensi, atau gambar-gambar olahan komputer. Film feature animasi pertama adalah film Jerman Die Abenteuer des Prinzen Achmed (Petualangan Pangeran Achmad, 1926). Yang lainnya adalah Snow White and the Seven Dwarfs (1937), Dumbo (1941), Sleeping Beauty (1959), Yellow Submarine (1968), Heavy Traffic (1973), film Chechnya Neco z Alenky (Alice, 1988), film Jepang Majo no Takkyubin (Layan Antar Kiki, 1989), Beauty and the Beast (1991), dan The Lion King (1994). Pada beberapa film, karakter /tokoh animasi berkolaborasi dengan aktor-aktor manusia, seperti dalam Who Framed Roger Rabbit (1988).
Jenis yang film lain ialah film dokumenter, dimana berkenaan dengan kenyataan, bukan rekaan. Film dokumenter jarang ditayangkan di bioskop-bioskop, film jenis ini lebih sering ditayangkan di televisi kabel atau siaran televisi pada umumnya. Beberapa yang terkenal di antaranya ialah Nanook of the North (1922), The Silent World (1956), Harlan County, U.S.A. (1976), Eyes on the Prize (1987), dan Hoop Dreams (1994).
Film eksperimen ialah serangkaian gambar-gambar, faktual atau abstrak, dan tidak berbentuk cerita/narasi. Sebuah film eksperimen bisa berbentuk animasi, adegan langsung, olahan komputer atau kombinasi dari ketiganya. Lima film eksperimen yang pantas dihargai ialah film perancis Un Chien Andalou (Seekor Anjing Andalusia, 1929), Meshes of the Afternoon (1943), A Movie (1958), Eraserhead (1978), dan Privilege (1991).
Film industri (film komersil) dibuat oleh perusahaan-perusahaan yang ingin mempublikasikan produk atau menciptakan image masyarakat sesuai selera mereka. Film pendidikan dikhususkan untuk ditayangkan di sekolah-sekolah. Tujuannya ialah untuk menjelaskan /menggambarkan sesuatu hal dari mulai sejarah hingga ketrampilan mengemudi
Para Pembuat Film
Produser
Produser bertanggung jawab atas proses ide film hingga menjadi sebuah movie yang sukses. Seorang produser mesti menyediakan dana untuk biaya produksi, mengaji para aktor dan tim produksi, melakukan supervisi terhadap proses produksi, dan mengatur distribusi film hingga diputar di layar lebar. Jika seorang produser telah memperoleh pendanaan dari studio atau dari suatu distributor, maka lembaga itu bisa menginginkan kehadirannya selama proses produksi.
Orang ini disebut sebagai eksekutif produser. Dan, setiap orang yang berpartisipasi dengan berbagai cara pada movie, entah itu dengan waktu, uang, atau campur tangannya maka ia akan mendapatkan penghargaan dari asosiasi produser atau semacamnya.

Penulis Naskah/Skenario

Para penulis naskah membuat ide-ide untuk film atau mengadaptasi sebuah karya seni menjadi sebuah film layar lebar. Adaptasi bisa didapat dari novel, drama, opera atau sumber lainnya. Penulis naskah bekerja dalam 2 cara. Mereka bisa dikomisikan dalam menulis sebuah naskah atau mereka dapat pula menulis sebuah naskah secara on spec (singkatan dari spekulasi), yang artinya penulis naskah mengharapkan seseorang yang akan menyukai naskah yang ditulisnya sendiri membeli cukup membeli hak ciptanya dan menyusunya untuk diproduksi. Begitu skenario telah terbeli, produser bisa memutuskan untuk menulis ulang pada penulisnya atau pada penuli baru. Langkah pertama dalam penulisan skenario adalah membuat sebuah outline, yang mana merupakan satu (atau dua) halaman penjelas dari adegan atau dari plot. Hal ini diikuti oleh treatment, yang merupakan sebuah penjelasan detail dari sebuah film, yang berisi beberapa arahan/cara dialog dengan seluruh skene yang diuraikan dan subplot yang telah dibuat. Kemudian penulis naskah mulai menulisnya sendiri, mengisi keseluruhan detail tersebut.
Penulisan naskah mengatur munculnya saat dan tempat adegan, menjelaskan penampilan fisik tokoh, menyediakan seluruh dialog dan adegan. Skenario juga menjelaskan tempat kamera diposisikan dan gerakan kamera yang harus dilakukan selama proses syuting. Skenario menunjukan transisi /perpindahan peralatan (kamera) antar adegan seperti dissolves (sebuah gambar perlahan menimpa gambar lainnya), fade-ins (suatu gambar perlahan menimpa layar kosong), fade-out (layar kosong perlahan menimpa suatu gambar) dan cut (pemotongan) langsung dari satu adegan ke adegan berikutnya.

Sutradara/Director

Seorang sutradara bertugas menganalisa skenario, memvisualisasi penampilan film, mengarahkan para aktor dan kru produksi dalam pekerjaannya. Banyak orang menyangka bahwa sutradara adalah orang yang mengkontrol seluruh aspect pembuatan film, sesungguhnya pekerjaan seorang sutradara tidak seluas itu. Bahkan sebuah film adalah proyek kerja sama antara sutradara, produser, para aktor, dan anggota kru. Seorang sutradara yang baik selalu menyesuaikan ide-idenya dengan orang lain agar proses pembuatan film berjalanlancar, sementara seluruh waktu yang tersisa sebaik mungkin dimanfaatkan sesuai visi awalnya. Selama proses produksi, beberapa faktor dapat mempengaruhi bagaimana munculnya sudut pandang film seorang sutradara. Jika negoisasi dengan seorang aktor gagal, maka aktor yang lain harus segera dicari untuk meneruskannya. Jika sebagian besar adegan film banyak menggunakan studio alam dan cuaca tidak mendukung, maka setting harus dirubah. Ditambah lagi, jika seorang aktor utama atau seorang kru film berbeda dalam menafsirkan satu dengan sutradara, maka sutradara boleh saja menerimanya. Idealnya, produser dan sutradara berbagi pandangan tentang film yang akan dibuat dan berkompromi bagaimana memprosesnya. (jika mereka tidak sependapat, sutradara bisa dipecat dari proyek tersebut.)
Ketika film telah siap untuk diedit, sutradara melakukan supervisi untuk first cut / potongan pertama (istilah untuk film yang teredit). Setelah itu, jika mau, produser bisa turun tangan dan mengedit ulang film. Beberapa sutradara memiliki hak untuk menyetujui cut final sebuah film.

Manager Produksi

Unit production manager (UPM), atau manajer produksi adalah seseorang yang membuat report (laporan) kepada produser, bertanggung jawab atas pen schedul-an, penganggaran dana, memilih beberapa anggota kru, dan mengurus perizinan terhadap pemilik lokasi syuting yang berada di luar studio. Seorang UPM juga menangani pembelian peralatan dan pelayanan, memegang urusan harian dari jalannya kantor produksi, dan memastikan bahwa proyek tetap berjalan sesuai dengan anggaran yang ada.

Pengarah Casting
Casting director bertugas memilih para aktor dan menegosiasikan kontrak selama para aktor tersebut bekerja, meskipun akhirnya – umumnya ketika memilih para bintang untuk pengarahan – biasanya berada di tangan sutradara atau produser. Ketika memilih aktor untuk bermain pada sebuah film, seorang casting director memiliki beberapa kriteria, seperti kesesuaian aktor dengan aturan main pada film tersebut, penampilan yang box office, kemampuan akting dan pengalaman.
Para Aktor
Aktor bertugas memainkan peran pada sebuah film. Untuk membuat karakter yang meyakinkan, mereka mempelajari detailnya pada naskah, pandangan sutradara, dan insting mereka sendiri ketika memainkannya. Dalam kebanyakan film, pekerjaan seorang aktor adalah memuat para penonton percaya bahwa tokoh yang dimainkan adalah orang yang sebenarnya yang berbicara tanpa ada rekayasa dan alami. Seorang aktor akan menggunakan suara, gerakan, dan emosinya untuk dapat membuat hal seperti itu. Tetapi kualitas seni lainnya juga mempengaruhi penilaian penonton. Kualitas-kualitas tersebut sangat sulit untuk dijelaskan, tetapi di antarnya ialah, kewibawaan, perasaan yang mendalam, orisinalitas, faktor ke-logis-an dan penampilan fisik. Berakting adalah seni yang komplek. Kehlian proyeksi suara, bermacam cara bicara, gerakan tubuh, gerak, dan kemampuan lain hanyalah bagian dari tekhniknya. Kemampuan dasar lainnya termasuk kemampuan menghafal baris dialog, membangun tepatnya suasana waktu, ekspresi status sosial tokoh, umur dan temperamentnya.
Stunt (peran pengganti)

Banyak film yang menyertakan adegan beresiko celaka. Adegan ini misalnya dramatiknya meloncati jurang, atau kejadian lumrah berguling dan menggelinding. Selama adegan yang dapat membawa celaka, para peran pengganti yang terlatih secara khusus akan menggantikan sang aktor. Perlu diyakinkan juga bahwa aktor pengganti diarahkan seaman mungkin dan tidak mengalami musibah. Akan tetapi, ada beberapa bintang film, seperti aktor Cina Jackie Chan, tetap melakukan sendiri adegan-adegan berbahaya.
Aktor dari Dunia Hewan
Untuk adegan di mana hewan harus melakukannya, hewan aktor yang terlatih khusus akan muncul. Binatang-binatang ini mematuhi perintah dari pelatih mereka ketika bermain film. Dalam beberepa kasus, banyak hewan tampil untuk bagian adegan yang sama, hal ini dikarenakan lamanya proses pembuatan film atau dikarenakan sang hewan tumbuh besar atau berubah penampilannya atau hal-hal lain selama schedul pemfilman. Para hewan yang berakting beraneka ragam mulai dari bebek hingga gajah. Beberapa film yang dibintangi aktor dari dunia hewan di antaranya anjing Lassie (dalam Lassie Come Home, 1943), anjing Benji (dalam Benji, 1974), dan babi Babe (dalam Babe, 1995).
Pengarah Fotografi
Director of photography (DP) atu diterjemahkan sebagai pengarah fotografi disebut juga sebagai sinematografer, bekerja di secara tertutup dengan sutradara dan memahami adegan dalam kondisi-kondisi pencahayaan, shading, komposisi, dan gerakan kamera. Tanggung jawab adalah memilih jenis lensa yang digunakan untuk syuting, hal ini mempengaruhi hasil gambar yang dibuat, dan mengatur posisi dan sudut kamera. Seorang Pengarah Fotografi jarang mengoperasikan kamera secara langsung, fungsi ini berada di tangan seorang operator kamera.
Desainer
Seorang desainer pada produksi film, sering juga disebut pengarah seni, adalah seseorang yang bertanggung jawab atas pengaturan desain dan penampilan film. Di beberapa film, mengatur setting adalah pekerjaan yang mengasyikan. Sebagai contoh, sebuah film koboy yang realistik akan menyewa konstruksi pemandangan jalan raya, termasuk interior sebuah salon, hotel dan bangunan-bangunan lainnya. Kostum yang dipakai para aktor juga mempengaruhi penampilan film, maka desainer kostum adalah seorang juru kunci dari team produksi. Kostum desainer mendesain sendiri kostum yang sesuai atau mencarinya di pusat belanja atau rumah desain. Desainer tambahan biasanya berkenaan dengan pencahayaan, make-up, dan aspek sual produksi lainnya.

Assisten Sutradara

Kebanyakan film memiliki sekurang-kurangnya satu asisten sutradara. Seorang asisten sutradara mendampingi sutradara hampir di setiap pekerjaanya. Asisten sutradara pada level tertinggi disebut asisten 1, memiliki beberapa kewajiban. Ia membuat keseluruhan jadwal syuting, di antaranya membuat daftar harian proses pemfilman per adegan, dan me-manage masalah yang timbul tiap harinya dalam proses produksi. Setiap hari asistent sutradara juga mengusulkan lembar panggilan kerja berikutnya (yaitu jadwal untuk para aktor dan kru) kepada manajer produksi dan sutradara untuk mendapat persetujuan. Serta asistent 1 yang bekerja dengan sutradara selama proses syuting, mendampingi dalam persiapan tiap adegan. Asisten 2 mendampingi asisten 1 dengan memposisikan para kru dan aktor pada tempat semestinya, mencari para figuran, dan memperhatikan detail-detail yang termasuk dalam persiapan pemfilman pada keesokan harinya.

Editor Film dan Suara

Gambar bergerak difilmkan dalam ratusan shot (proses pengambilan gambar), yang harus di susun menjadi produk final yang sesuai dengan keinginan sutradara dan produser. Tanggung jawab ini jatuh ke tangan editor. Editor pertama kali memonitor hari-hari kerja sutradara dan para krunya dalam proses syuting (dalam bahasa inggris disebut dailies atau rushes). Persiapan berhari-hari itu berlangsung selama proses produksi, yang berarti bahwa film sedang diedit pada saat yang sama ketika dishot. Pengawasan harian ini memugkinkan sang sutradara dan produser memilih shots yang terbaik dan memutuskan jika mereka membutuhkan shot ulang beberapa adegan karena alasan seni atau teknis. Setelah proses pengambilan gambar dasar telah dibuat, editor menyelesaikan editing film dan melakukan supervisi pada effek-effek optik (seperti frame-freeze) dan membubuhkan judul ke dalam film.
Sutradara, produser atau editor juga bisa saja menganggap bahwa bagian tertentu memiliki kualitas suara yang kurang bagus. Kemudian seorang editor suara merekam ulang suara para aktor pada adegan ini. Sang aktor mengucapkan dialog di studio sambil melihat screen demi screen dalam proses yang disebut automatic dialogue replacement (ADR) atau penggantian dialog otomatis. Editor suara juga menambahkan effek suara untuk melengkapi suasana film. Misalnya jika adegan mengambil tempat di jalanan suatu kota, editor akan menambahkan suara ribut klakson atau suara ribut lalu lintas lainnya yang sesuai.
Salah satu langkah final dalam proses editing adalah persiapan dan pengggabungan trak suara yang terpisah di mana seluruh suara itu-, dialog, musik, dan suara effek,-digabung bersama untuk membuat satu kesatuan suara yang pas bagi penonton.

Penata Musik

Komposer atau penata musik bekerja bersama sutradara dan editor untuk membuat sebuah nilai musikal yang mendukung transisi antar screen dan sebuah tampilan point emosional screen secara keseluruhan. Musik seringkali digunakan untuk mempercantik effek dramatis. Sebagai contoh, musik dapat menenggarai seseorang sebagai seseorang yang dicurigai ketika tidak ada sesuatupun yang terlihat di layar untuk menuduh sebuah karakter.
Posisi lainnya
Sebagai tambahan daftar di atas, banyak orang-orang lain yang mengambl bagian dalam produksi sebuah film. Foley membantu menbuat latar belakang atau suara ribut tambahan seperti langkah kaki. Seorang gaffer memsupervisi bidang kelistrikan dan didampingi oelh seorang best boy. Key grip memsupervisi grips, seseorang yang mengatur dan menyesuaikan pengaturan peralatan kerja. production sound mixer melakukan supervisi perekaman suara selama proses syuting, dan seorang sound mixer menggabungkan semua suara untuk track final dengan mengatur volumenya, menambahkan fade in dan fade out untuk effek ribut, dan membuat effek audio tambahan yang diperlukan. Tergantung pada dana dan genrenya, sebuah film bisa saja membutuhkan anyak professional lainnya, termasuk para asisten, tukang kayu, sopir, pelatih adab /etika, konsultan sejarah, kooedinator perumahan, tenaga medis dan lain sebagainya.



Aspek Teknis Pembuatan Film

Kamera Film

Gambar ini memperincikan susunan kamera film. Kamera film bekerja pada dasarnya sama dengan kamera umum yang digunakan untuk memotret. Perbedaannya, kamera film mengambil dalam jumlah yang banyak dalam rangkaian yang cepat dan membutuhkan film yang lebih panjang dan membutuhkan rol yang lebih besar untuk menyimpan film dan sebuah emkanik yang telah diseduaikan khusus untuk pensuplaian film yang melaluinya.
Proses fotografi di mana film diekspos ke cahaya untuk menciptakan sebuah gambar yang sesuai dengan foto pada umumnya. Lensa-lensa kamera yang berbeda-beda panjang fokusnya digunakan sesuai kebutuhan untuk memperoleh sudut pandang atau effek fotografi yang diinginkan, dan merubah pembukaan lensa (lens aperture) akan menontrol banyaknya cahaya yang ditangkap film. Shutter speed (kecepatan menutup), menentukan berapa lama film diexpos pada cahaya, dan pembukaan yang bersamaan mengakibatkan pencahayaan yang relatif atau kegelapan gambar.
Bagian yang paling penting dari kamera film ialah lensa, shutter (penutu), dan dua rel yang mensuplai film dan menggulungnya kembali. Ketika kamera film dioperasikan shutter atau penutupnya akan membuka dan mengekspos film yang akan menangkap gambar dan membentuknya dengan lensa. Shutter kemudian akan menutup dan sebuah proses mekanik yang disebut pull-down claw atau (kuku yang mengait) akan menggerakan film sepanjang bisa diexpos kembali. Pada pengoperasian yang normal siklus ini berlangsung 24 kali per detik, dan membuat 24 gambar foto yang terpisah-pisah.
Dengan mengoperasikan kamera pada kecepatan yang lebih cepat atau lebih lambat dari 24 frame per detik, tampilan waktu film dapat diperpanjang atau diperpendek. Sebagai contoh, pemfilman pada sebuah adegan berkecepatan 72 frame per detik, tetapi memproyeksikannya 24 framem per detik, akan memperlambat adegan sehingga apa yang terjadi dalam satu detik akan menjadi tiga detik pada layar. Pengoperasian kamera pada kecepatan frame lambat akan menghasilkan effek yang berlawanan dan bermanfaat untuk menayangkan proses tampilan lambat, seperti tumbuhnya sebuah tanaman. Ketika tumbuhnya tanaman difilmkam dalam satu frame setiap tiga jam dan film diproyeksikan pada kecepatan 24 framem per detik, 72 jam pertumbuhan akan ditekan menjadi perdetik, dan pada film tumbuhan akan muncul bersemi dari bumi.
Kestabilan gambar rekaman kamera berasal dari bantalan kamera dan sebuah alat pada motor kamera yang disebut registration pin, yang memegang setiap gambar frame ketika diekspos pada cahaya. Kaki tiga yang berdiri disebut tripod juga menyangga kamera, dan sebuah papan pada roda yang disebut dolly menggendalikan kestabilan kamera ketika bergerak menyeberangi lantai atau tanah. Sebuah derek atau lengan penyangga yang disebut boom menaikan dan menurnkan kamera selama pemfilman. Sebuah steadycam adalah bantalan kamera untuk menghasilkan shot yang lembut pada tempat di mana penggunaan dolly atau derek sangat sulit, seperti ketika mengambil adegan pada anak tangga. Steadycam menggunakan gyroscope dan alat elektronik canggih lainnya untuk menghindarkan kamera dari berguncang. Ketika pembuat film tidak menghendaki kamera stabil, mudah saja, operator kamera meletakan kamera pada lengannya. Tekhnik ini digunakan dalam film-film dokumenter untuk menangkap kejadian yang bergerak secara cepat atau dalam feature film untuk membuat adegan seolah-olah seperti dokumenter.

Tata Cahaya pada Adegan

Sebuah adegan dapat dishot dalam studio atau pada sebuah lokasi (on-location), yang berarti bahwa film dishot disbuah tempat yang tidak memiliki konstruksi khusus untuk film.
Dua jenis sumber pencahayaan digunakan pada syuting interior, baik itu dalam studio atau pada on-location. Incandescent lamps, yang memiliki daya sekitar beberapa watts hingga 10.000 watt, menyerupai bola lampu rumah pada umumnya dan digunakan dalam proses pemfilman. Arc lamps adalah lampu yang lebih kuat dari Incandescent lamps, menyinari lebih luas dan menyorotkan langsung cahayanya. Lampu-lampu ini digunakan ketika kru harus memberikan pencahayaan kepada area yang luas atau ketika adegan membutuhkan pencahayaan yang terang.
Kebanyakan lokasi syuting berada di luar ruangan (studio alam), di mana cuaca yang tak tidak bisa diprakirakan membuat pencahayaan mengalami kesulitan. Meski pada siang hari, kru film tetap menggunakan cahaya dan reflektor (cermin pemantul untuk menguatkan cahaya) untuk memperkuat terangnya pencahayaan pada adegan atau untuk menerangi area gelap atau untuk menciptakan bayangan. Ketika kondisi syuting di studio alam terlalu terang, kru film menggunakan alat seperti butterflies, bahan lebar dari sutra atau bahan yang bersifat memendarkan cahaya, untuk mengurangi terangnya cahaya matahari atau untukmenciptakan bayangan.
Kadangkala seorang sutradara memilih menggunakan day-for-night shooting, dimana sebuah adegan di-syut pada waktu siang tetapi dibuat seolah-olah terjadi pada waktu malam hari. Untuk membuat effek ini, kru film harus memanipulasi banyaknya cahaya yang mengenai film. Metode mereka meliputi penempatan subjek pada tempat yang teduh, memposisikan kamera sehingga tidak men-syut ke arah langit, dan memilih jenis filter khusus untuk ditempatkan pada lensa.

Perekaman Suara

Dalam pembuatan film, suara diambil melalui mikrofon dan direkam menggunakan pita kaset. Ketika syuting boom (penyyangga mikropon) menyangga mikrofon di atas para aktor jauh dari tempat kamera sehingga tidak muncul di layar. Jika memungkinkan, perekaman orisinil hanya memasukan dialognya saja sebab suara tambahan dapat mengacaukan dialog.
Kadang, syuting di studio alam menghasilkan banyak suara berisik, hasil rekam beberapa dialog tidak sesuai. Dalam kasus ini, para aktor nantinya merekam dialog penggantinya, dan garis dialog mereka disesuaikan dengan gambar. Selama post produksi, para ahli tata suara membuat suara-suara khusus, seperti gemuruh kereta api atau dentingan barang barang logam atau barang-brang pecah belah ketika adegan makan malam.
Sebuah sound track suara yang sempurna dibuat dari trak-trak yang direkam secara terpisah-pisah. Dialog berada pada beberapa trak, musik pada trak lainnya dan suara effek pada yang lain. Sebagian besar, produksi yang rumit seperti musikal (film yang sebagian besar berisi musik) memiliki 30 lebih track suara yang terpisah. Para insinyur suara mengkombinasikan, atau melakukan miksing, pada trak-trak yang terpisah masing-masing itu secara elektronis dalam studio rekaman sambil melihat cut akhir film.

Bahan Film

Bahan film dibuat dari ribbon panjang dan ditempatkan dan digulung pada roll (roda putaran). Pembuatan lubang-lubang pada sisi film membantu menggerakannya melalui kamera, printer dan proyektor pada kecepatan yang tetap, yaitu 24 frame per detik. Ketika trak suara dikombinasikan dan visual effek disempurnakan, gambar dan suara diprint (dicetak) pada satu lembar film dan diputar di bioskop.
Yang terbesar lebar sebuah strip film, yang tertajam di mana gambar di proyeksikan ke layar. Standar lebar film digunakan untuk movie berjenis feature berdurasi panjang adalah 35 mm (1.38 in). sebuah produsksi sekala besar pada umunya terbit pada film berlebar 70-milimeter (2.76-in), sementara movie berbiaya rendah dan beberapa film berjenis eksperimen biasanya di-syut pada film 16-milimeter (0.63-in) yang tidak lebih mahal. (saat ini, para pembuat film men-syut sebagian besar movie dokumenter dan beberapa movie eksperimen pada kaset video digital karena kualitasnya lebih baik dari pada film, lebih murah serta tidak memerlukan proses.)
Film itu sendiri terdiri atas sebuah lapisan tipis bahan peka cahaya yang disebut emulsion (emulsi atau larutan), berlapiskan bahan baku selulosa transparan yang fleksibel (mudah dilekak-lekuk). Emulsi pada umumnya berisi bromida perak yang diseimbangkan dalam gelatin (jel/ materi seperti agar-agar). Emulsi warna film terdiri atar tiga lapis, masing-masing berisi bromida perak di sekitar suatu bahan kimia kering yang sensitif ke satu warna – merah, hijau atau biru. Selama pemrosesan gambar terbentuk pada tiga lapisan yang berkombinasi agar menghasilkan gambar tunggal pada film. Rol film yang dieskspos melewati serangkaian penggulung dan melalui suatu larutan pencuci, pencucian, bak pemberihan, pencucian kedua, dan ruang pengeringan. Pada akhirnya, film yang telah tercuci dan kering tersebut digulung kembali pada rol. (kaset video sebaliknya, tidak membutuhkan pemrosesan.
Kamera video merekam suara dan gambar secara elektronik ke pita magnetik yang dapat diputar ulang secara langsung.)
Ketika larutan diekspos ke cahaya, sebuah gambar terpendam terbentuk. Selama pemrosesan, pelarut merubah halide perak dalam larutan menjadi perak metalik dimana cahaya menyentuh larutan. Pada langkah pemrosesan berikutnya, kristal halide perak yang tidak ter-ekspos dibersihkan dari larutan dengan cairan kimia yang disebut hypo atau fixer. Yang terjadi, perak metalik, bentuk gambar negatif dari subjek – paling gelap di mana sebagian besar cahaya membentur larutan, dan paling terang dimana cahaya paling sedikit membentur.
Cara membuat gambar positif, cahaya dilewatkan melalui negativ untuk mengekspos rol film lainnya. Dimana negativ paling tebal, secercah cahaya membentur film. Dalam pemrosesan film yang telah diprint, halides perak tak ter-ekspos yang telah dibuang, meninggalkan kebalikan gambar negativ – suatu larutan tipis pada hasil print dimana gambar negativ tebal. Hal ini menyesuaikan area cahaya dari subjeknya. Di mana subjek yang gelap, gambar negativ tipis dan film yang diprint tebal.
Spesial Effek
Tampilan Spesial Effek telah dimasukan pada film/ movie semenjak awal munculnya film. Sutradara Perancis, Georges Méliès dianggap sebagai pendahulu yang sangat berperan pada spesial effek. Filmya A Trip to the Moon (1902) mengkombinasikan adegan langsung dengan animasi, menunjukan kepada penonton bahwa sinema bisa menciptakan dunia, berbagai benda, dan kejadian yang sebenarnya tidak ada pada kehidupan nyata.
Tekhnologi film tiga dimensi (3-D) telah dikembangkan pada awal tahun 1920-an akan tetapi tidak populer hingga tahun 1950-an, ketika dinikmati beberapa waktu saja. Meskipun film, seperti foto biasa, normalnya memberikan gambar dua dimensi, tipuan dimensi ketiga dapat diperoleh denagn memproyeksikan dua movie yang terpisah – satu untuk mata kanan, yang lain untuk mata kiri – pada layar khusus. Maka para penonton yang mengenakan akcamata tiga dimensi, mata kananya melihat satu gambar dan mata kirinya melihat gambar yang lain, terbentuklah effek tiga dimensi.
Sebagian besar spesial effek yang digunakan pada film-film kontemporer diciptakan sebelum Perang Dunia II (1939-1945). Contohnya, dalam film bisu The Thief of Bagdad (1924), Douglas Fairbanks tampil melawan monster raksasa melalui sebuah tekhnik yang menyertakan pemfilman dua adegan
yang berbeda, kemudian dikombinasikan dalam proses printing (pencetakan). Separuh dari salah satu gambar negativnya di-ekspos dalam proses printing (baca: separuh dengan Fairbanks), sementara yang lain ditutupi. Lalu, yang ditutupi, gambar yang tak terskspos separuh di-ekspos pada negativ bersama monster. Hasilnya adalah gambar tunggal sempurna yang terbentuk dari dua adegan yang berbeda. Tehknik pemisahan adegan yang sama ini menjadikan Kevin Kline berduaan bersama presiden Amerika Serikat dan kembarannya dalam Dave (1993).



Sekilas Tentang Film Independen

Apa itu Film Independen?

Sebagian kecil dari film Indonesia (berdurasi panjang) yang muncul belakangan ini diklaim sebagai ‘film independen’. Sebut saja mulai dari Kuldesak , lalu kemudian Bintang Jatuh (Rudy Sudjarwo, 2000), Pachinko (Harry Suharyadi, 2000), Tragedy (Rudy Sudjarwo, 2001), Video Cinta (Agus Chosu, 2001), Jakarta Project (Indra Yudhistira, 2001), dan yang terakhir ini Beth (Aria Kusumadewa, 2001). Sebenarnya apa itu ‘film independen’? Sebuah pertanyaan besar yang menjadi polemik dalam hampir setiap tulisan maupun diskusi film yang muncul akhir-akhir ini. Hampir semua pengamat mempertanyakan definisi film independen yang dibuat oleh filmmaker dan terus berkutat di masalah definisi.
Istilah ‘independent film’ dan ‘independent filmmaker’ memang muncul pertama kali dan populer di Amerika sudah sejak jamannya Stanley Kubrick mulai menyutradarai film. Definisi ‘independent film’ –pun masih terus menjadi polemik besar diantara mereka masing-masing. Ada yang memberikan definisi yang sangat bersudut-pandang industri, yaitu Gregory Goodell yang mengatakan: “ … any film that is developed without ties to a major studio, regardless of where the subsequent production and/or distribution financing comes from.” (Goodell, 1998)
Ada juga yang memberikan batasan yang sangat teknis, seperti Moran & Willis yang menyatakan bahwa:“Independen sebagai gerakan oposisi yang keras untuk melawan praktek-praktek dominasi media dalam beberapa sektor… Dalam sektor teknologi, independen bergerak dalam dunia amatir (home video, 8mm, 16mm, 70mm) melawan profesional (35mm). Dalam sektor industri, independen bergerak dari pribadi atau kelompok-kelompok lepas melawan produksi, distribusi dan eksibisi yang terorganisir secara masal. Dalam sektor estetika, independen mengangkat segi orisinalitas, penampilan dan avant-garde melawan konvensional, generik dan residual. Dalam sektor ekonomi, independen bergerak dari segi kecintaan terhadap film melawan kecintaan terhadap uang. Dalam sektor politik, indepeden bergerak dari eksplorasi budaya-budaya marginal dan yang tertindas melawan pusat, dominasi dan kecenderungan umum.”(Moran & Willis,….)
Yang paling menarik adalah hasil dari sebuah diskusi dalam kuliah Ray Carner , dimana didapatkan beberapa definisi pragmatis tentang film independen. Ada yang mengatakan bahwa film independen adalah film yang dibuat dengan dana terbatas, ada juga yang membatasinya sebagai film yang dibuat oleh sutradara muda yang belum terkenal. Dan ada juga yang menyatakan dengan nada sinis bahwa film independen adalah film apapun yang memiliki tata cahaya yang buruk dan gambar yang tidak fokus. Batasan-batasan pragmatis ini mengingatkan saya akan pengalaman lucu teman saya di Malang beberapa waktu lalu, ketika ada peserta diskusi film yang mengatakan, “ Lho mas, saya kira film independen itu film-film seperti Independence Day, lho….” (Lalu saya terbayang bahwa Janur Kuning dan Pengkhianatan G-30-S PKI adalah film independen… hi hi hi…)
Secara etimologis, kata independen merupakan hasil serapan dari bahasa Inggris ‘independent’ yang berakar dari kata ‘dependent’ dengan pemberian sufiks ‘in’ yang bersifat negasi. ’Independent’ diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia sebagai ‘tidak bergantung’. Jadi kata ‘independent’ tidak pernah berdiri sendiri secara kontekstual tanpa ada kausal ‘from’ (Bhs. Ind: ‘dari’). Berarti, dalam konteks bahasa Inggris, kata ‘independent’ harus dapat dipertanyakan lebih lanjut dengan kata-kata ‘independent from what? ’
Peyorisme bahasa yang terjadi sebagai akibat serapan memungkinkan di Indonesia terjadi pemahaman yang berkembang dari sekedar ‘independen dari’ menjadi ‘independen untuk’ yang memiliki arti lebih dekat dengan kata ‘mandiri’ daripada kata-kata ‘tidak bergantung’.
Kemandirian Film Independen
Pemahaman akan ‘kemandirian’ inilah yang agaknya menjadi dasar berpikirnya banyak sutradara Indonesia sekarang ini untuk menyebut filmnya sebagai film independen. Umumnya, beberapa sutradara melihat independensi mereka sebagai sebuah sikap ‘siap berkarya’ tanpa tekanan dan tuntunan pihak manapun. Independen adalah ketika seseorang membuat film karena keinginan yang besar untuk membuat film, bukan karena ingin mendapatkan uang, prestasi ataupun popularitas. Keinginan untuk berkarya haruslah menjadi penyebab utama, bukan yang lainnya. Film independen muncul melalui suatu gagasan ideal dan diciptakan dengan kemandirian penggagasnya tanpa memperhitungkan unsur komersialisasi.
Pernyataan yang ‘mirip’ batasan diatas, mungkin memang terlalu dini untuk disimpulkan menjadi definisi. Tetapi hal tersebut yang mendasari semangat beberapa filmmaker Indonesia saat ini, dan mungkin akan banyak lagi kedepannya.
‘Semangat berkarya’ merupakan kata kunci dalam sinema independen. Semangat inilah yang menjadi pembeda dengan bentuk sinema lainnya. Pembedaan bukan berkutat di masalah durasi, masalah teknis sinematografi, pemilihan ide, cara penyampaian ide, ataupun alur cerita. Sinema independen tidak dibatasi oleh pengkotak-kotakkan genre. Semangat berkarya dari pembuat film independen-lah yang kemudian memberikan arti berbeda bagi sang pembuat, meski kadang kurang dapat dirasakan oleh penontonnya.
Independensi adalah proses. Sinema independen tidak dapat dilihat dari seperti apa bentuk jadi suatu karya. Sinema independen tidak dapat dinilai dari hasil akhir suatu eksibisi karya sinema. Proses yang menjiwai lahirnya suatu karya, dari bagaimana ia muncul sebagai semangat sampai pelaksanaan idea-idea inilah yang membuat suatu karya menjadi independen.

10 Langkah Membuat Film Pendek

Film Pendek, Sejuta Serunya!
Bikin film pendek bukan hal yang sulit. Apalagi semua teman-teman kita sudah banyak yang pernah membuatnya. Tertarik mencoba? Boleh banget!
Di mana pun dan dalam situasi apa pun kita bisa membuat film pendek. Enggak perlu cari cerita yang bombastis. Kejadian sehari-hari dalam kehidupan kita saja bisa dijadikan sumber film pendek. Misalnya nih, saat acara ulang tahun, acara ngumpul bareng di rumah atau saat beramai-ramai liburan ke satu tempat hiburan.
Untuk membuat film pendek pun tidak perlu biaya mahal-mahal. Paling kita harus membeli kaset kosong yang harganya sekitar Rp 75.000, lalu untuk biaya riset lapangan kalau tempatnya jauh dan butuh biaya. Namun, riset ini bisa juga sama sekali enggak mengeluarkan biaya dan, yang terakhir, adalah biaya untuk editing. Ini mungkin sedikit mahal, sekitar 1 juta. Harga satu tempat dengan tempat yang lain bervariasi sih.
Saat membuat film pendek, yang pertama kali harus kita pikirkan adalah cerita. Kita harus menentukan fokus cerita dari film kita. Misalnya pas pesta ulang tahun. Maka, fokus ceritanya adalah pesta ulang tahun. Atau saat pergi ke tempat hiburan, fokus ceritanya ya tempat hiburan itu, misalnya, Suatu Hari di Dunia Fantasi….
Setelah kita tentukan fokus cerita, tinggal ikuti langkah-langkah ini!

1. Riset Awal!
Kita cari tahu dulu tentang latar belakang yang ingin kita buat film. Kalau serius, riset ini harusnya sangat detail, tetapi kalau mau sederhana, kita bisa saja browsing dulu di internet atau bertanya kepada teman atau orang yang sudah mengalaminya. Kita catat data-data yang kita dapat tadi.

2. Siapkan Peralatan
Perlengkapan yang diperlukan adalah handycam atau kamera video apa pun beserta baterai dan charger. Jangan lupa bawa juga mikrofon tambahan dan kabel ekstensinya, tripod, dan yang paling penting, kaset-kaset kosong (bawa cadangan ya).

3. Riset Lapangan
Waktu sampai di tempat tujuan, kita harus melakukan riset lebih dalam dari riset awal yang sudah kita lakukan di rumah. Cocokkan data yang didapat saat riset awal dengan keadaan di lapangan.
Bagaimana caranya? Ya jalan, ngobrol, dan nongkrong! Santai dan berusaha akrab dengan lingkungan yang akan kita filmkan.

4. Buat Alur Cerita Kasar
Tentukan siapa saja yang mau diangkat sebagai tokoh dalam film. Biasanya, dari hasil riset di lapangan, kita bisa mendapatkan sebuah ide yang lebih spesifik dan menarik untuk diangkat dari ide awal kita di rumah. Misalnya, “Keseharian hidup badut di Dufan”. Kemudian, buatlah alur cerita kasar dari ide tersebut. Misalnya, tugas-tugas si badut di Dufan dan tempat-tempat wajib yang harus didatangi si badut.

5. Buatlah Sinopsis
Cerita singkat tentang seperti apa film yang kita buat ini. Dari sinopsis kita bisa menentukan siapa saja yang harus kita wawancara, daftar pertanyaan untuk setiap wawancara, dan daftar gambar-gambar (footage) yang dibutuhkan di luar wawancara.

6. Syuting atau Pengambilan Gambar
Dari hasil riset, kita sudah tahu di mana saja dan kapan saja orang-orang yang ingin kita wawancara berada. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk pengambilan gambar.
Yang pertama, datangi dan minta izin mereka untuk melakukan wawancara. Ingat, jangan sekali-kali merekam wawancara tanpa izin! Tidak etis dan bisa bikin mereka tidak suka.
Kedua, jangan lupa menggunakan mikrofon tambahan ketika melakukan wawancara, apalagi kalau kita berada di tengah keramaian.
Ketiga, gunakan daftar pertanyaan yang sudah dibuat sebelumnya sebagai acuan, tetapi jangan terlalu kaku, kita boleh bertanya hal-hal lain di luar daftar tersebut.
Keempat, buat suasana wawancara sesantai mungkin, bertanyalah seperti kita sedang mengobrol biasa. Sebab, keberadaan kamera video bisa membuat orang gugup, jaim, dan tidak bisa menjawab jujur.
Kelima, gunakan tripod bila wawancara berlangsung cukup lama dan tidak dilakukan sambil bergerak.
Keenam, Selesaikan semua wawancara dari daftar orang yang sudah kita buat. Setelah itu rekam semua gambar yang sudah kita tulis dalam daftar footage kita. Kalau kita masih punya waktu dan kaset cadangan, kita boleh kok merekam gambar-gambar tambahan lain yang mungkin nanti bisa berguna saat tahap editing.
Ketujuh, setelah semua selesai direkam. Periksa lagi semua daftar yang kita punya. Baca lagi sinopsis awal kita. Apa semua sudah cukup. Jangan sampai ada yang terlupa.

7. Buat Alur Cerita Final
Sesuaikan hasil catatan dengan hasil wawancara yang sudah kita buat. Masih sesuaikah? Harus diubahkah? Ke arah mana harus dikembangkan?
Hal ini sangat mungkin terjadi karena hasil wawancara bisa banget menghasilkan data-data yang lebih banyak dan mungkin berbeda dari apa yang sudah kita siapkan sebelumnya. Enggak masalah kok. Perbaiki dan buat sinopsis baru yang bisa disusun dari hasil rekaman yang sudah kita tonton berulang kali.
Setelah selesai, barulah sinopsis final ini bisa jadi panduan untuk mulai mengedit.

8. Mengedit Film
Mulai capture hasil rekaman yang sudah kita pilih sebelumnya ke dalam komputer menggunakan program editing yang biasa kita pakai. Setelah itu susun film kita berdasarkan sinopsis final yang sudah kita buat sebelumnya.
Masukkan footage-footage yang kita sudah rekam. Buat alur semenarik mungkin, jangan terlalu banyak wawancara yang bisa membosankan. Idealnya, panjang film 8-12 menit.

9. Musik Latar atau “Soundtrack”
Tambahkan musik latar yang sesuai, jangan pakai musik orang sembarangan ya! Sebisa mungkin buat musik sendiri atau minta teman yang pandai membuat musik untuk membuatkan musik untuk film ini.

10. Terakhir, koreksi warna atau “color correction”
Masukkan opening title (pilih judul yang catchy dan bisa menggambarkan keseluruhan film), tambahkan credit title, mixing suara, wrap! Jadikan DVD biar bisa ditonton beramai-ramai.

TIK dalam Pendidikan

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan

TIK secara umum

Istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mulai popular di akhir tahun 70-an yang berfungsi untuk menjawab tantangan zaman. Pada masa sebelumnya, istilah teknologi komputer atau pengolahan data elektronis disebut juga EDP (Electronic Data Processing). Menurut kamus Oxford (1995) teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata, bilangan, gambar. Sedangkan menurut Everett M Rogers dalam bukunya Communication Technology (1986) mengemukakan bahwa “Teknologi informasi merupakan perangkat keras bersifat organisatoris dan meneruskan nilai-nilai social dengan siapa individu atau khalayak mengumpulkan, memproses dan saling menukar informasi dengan individu atau khalayak lain”

TIK dalam dunia Pendidikan

Perkembangan TIK yang semakin pesat sejak akhir 70-an juga dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Seperti penemuan kertas, mesin cetak, radio, video, Overhead projector, film, televisi, dan komputer juga telah dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Revolusi teknologi khususnya komputer dan internet saat ini telah mengubah cara pandang dan berpikir pada masyarakat dunia. Salah satunya dalam bidang pendidikan. Di era yang serba nirkabel dan menuntut multimedialitas, mau tidak mau, siap tidak siap pembelajaran berbasis TIK harus dimulai dari sekarang.
Pendayagunaan TIK di sekolah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan ajar yang dikemas dalam bentuk media berbasis TIK dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Bersamaan dengan itu, pada generasi e-learning ini, kesadaran masyarakat terhadap pembelajaran berbasis TIK akan semakin besar. Saat ini jugalah waktu yang tepat untuk merangsang masyarakat agar menggunakan teknologi dalam upaya pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu, perlu terus ditumbuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih memberi perhatian pada peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran berbasis TIK dan pemanfaatannya. (Disampaikan oleh Ir.Lilik Gani HA, M.Sc.Ph.D Kepala Pustekkom Depdiknas dalam Seminar Internasional dan Kolokium Teknologi Pendidikan 2008 dengan Tema Peran Teknologi Pendidikan dalam Meningkatkan Akses, Mutu, dan Relevansi Pendidikan Indonesia)
Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia saat ini memang begitu besar. Karena dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat memperpendek jarak, memperkecil biaya, dan mengefisiensi waktu dalam berhubungan dengan orang lain. Sehingga fitur-fitur baru dalam dunia komunikasi semakin menjamur. Seperti saat ini, semua orang tidak ada yang tidak mengenal facebook, yahoo messenger, friendster, dan lain sebagainya. TIK juga melahirkan fitur baru dalam dunia pendidikan. Sistem pembelajaran yang berbasis multimedia dapat menyajikan materi pelajaran yang lebih menarik, tidak monoton, dan memudahkan penyampaian.
TIK dalam pendidikan salah satunya digunakan dalam media pembelajaran. Yakni sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Agar pelajaran yang disampaikan lebih mudah dicerna oleh siswa dan lebih efisien dari segi waktu dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran.

Tidak Sekedar Komputer dan Internet

Sejauh ini, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pendidikan selalu dikaitkan dengan penggunaan komputer dan internet dalam pembelajaran. Penggunaan alat-alat canggih yang dioperasikan secara digital dan akses internet yang cepat sebagai search engine dalam mencari bahan pelajaran dijadikan salah satu indikator penggunaan TIK dalam pembelajaran. Sedikit sekali yang berfikir bahwa TIK tidak hanya sekedar penggunaan komputer dan internet.
Secara sederhana, Teknologi informasi dan komunikasi adalah suatu alat atau kegiatan yang dapat mempermudah pekerjaan manusia dalam menerima dan memberikan informasi serta dalam melakukan proses komunikasi. Sebagai contoh adalah sebuah pena atau pensil. Pena atau pensil yang digunakan untuk menulis suatu informasi dalam melakukan suatu proses komunikasi juga dapat disebut TIK. Karena pena tersebut merupakan sebuah alat yang dapat mempermudah manusia dalam memberi atau menerima informasi dan melakukan proses komunikasi.

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Seperti bahasa, suku, alat musik, tarian, permainan tradisional, adat istiadat dan sebagainya. Peninggalan kebudayaan Indonesia juga diwariskan melalui media grafis yang dapat dilihat secara visual dua dimensi maupun tiga dimensi. Seperti patung, candi, stupa, batu tulis, prasasti, peninggalan zaman prasejarah, dan lain sebagainya. Benda-benda sejarah tersebut merupakan suatu alat yang mampu memberikan suatu informasi dan merupakan sebuah proses komunikasi antar generasi bahkan antar peradaban manusia.
Karena TIK sudah terlalu sering dikaitkan dengan komputer dan internet, maka keberadaan TIK “tradisional” sudah semakin dilupakan. Baik oleh pemerintah selaku pembuat kurikulum dan pelaku utama pendidikan yakni guru/dosen. Hampir semua berpandangan bahwa TIK adalah pemanfaatan komputer dan internet dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berbasis TIK adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas komputer yang terhubung dengan proyektor, serta menggunakan aplikasi multimedia yang canggih. Sehingga percobaan Fisika sekalipun mampu dilakukan oleh simulator yang dioperasikan melalui computer. Padahal, merujuk kepada perkataan Everett M Rogers dalam bukunya Communication Technology (1986) mengemukakan bahwa “Teknologi informasi merupakan perangkat keras bersifat organisatoris dan meneruskan nilai-nilai social dengan siapa individu atau khalayak mengumpulkan, memproses dan saling menukar informasi dengan individu atau khalayak lain” Sehingga TIK bukan hanya sekedar teknologi komputer dan internet.

Dampak

Manusia adalah makhluk yang terus berkembang, memiliki akal, naluri, dan perasaan. Dalam dunia pendidikan, khususnya pembelajaran ada hal yang harus dicermati bersama yakni keberadaan peserta didik secara psikologis. Apabila TIK hanya didefinisikan komputer dan internet, maka peserta didik akan menghabiskan banyak waktunya dalam belajar menggunakan komputer dan internet. Hal ini akan membuat peserta didik menjadi bersifat individual. Dalam Individual Learning yang menggunakan komputer dan internet dalam belajar, peserta didik akan menjadi pribadi yang individualistis, kurang peka terhadap lingkungan sosialnya, dan kurang bisa bekerja sama. Salah satu contohnya adalah program e-learning yang sedang hangat diperbincangkan dalam dunia pendidikan sekarang ini.

Sebuah Solusi

Untuk itu pentingnya menggunakan TIK “tradisional” seperti permainan tradisional, wisata museum, dan teknologi tradisional lain yang menjadi keunggulan lokal Indonesia perlu diaktifkan kembali dengan tidak mengesampingkan kemajuan teknologi komputer dan internet yang berkembang saat ini. Selain sebagai pemanfaatan TIK dalam pendidikan, menggunakan TIK “tradisional” juga merupakan upaya meningkatkan daya saing bangsa terutama dalam bidang pendidikan berbasis keunggulan lokal. Yakni dari keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Peran guru dalam mengubah paradigma TIK yang hanya berbasis komputer dan internet juga perlu diperhatikan. Kini saatnya para guru Indonesia berfikir out of the box dan berfikir kreatif dengan cara menggunakan TIK “tradisional” guna memajukan pendidikan Indonesia. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah penggunaan TIK dalam pembelajaran dapat dikatakan bermanfaat apabila menggapai lebih banyak siswa yang tak tersentuh dengan cara konvesional, mengurangi beban guru, terjangkau oleh keuangan negara, serta penggunaan teknologi sudah meluas.

Rabu, 09 September 2009

Balada Anak Kost (warna-warni pelangi)


1 tahun
alhamdulillah berstatus anak kostan.. Gelar yg banyak menbiptakan suka duka warna warni hidup yg sebelumnya belum pernah dibayangkan...

Buat Maru 09 selamat menikmati deh

awalnya (tahun lalu)
sy kost di AL Huda (daerah Cilimus) bersama 8 orang "gank" (Aeni'Pkn08, Yatun'Bhs Daerah08, T'Uni'pkn07, T'elis'pkn06, T'Sri'Pkn 05, T'Selvi'Pend.Kimia05, T'Febri'Bhs.Indonesia06, Yunita Citra'Pend.Biologi08 (Banyak PKn nya y).. Lanjut...

Berawal darisana...
Sy menemukan sebuah "keluarga kecil" keluarga yg bs membantu ketika susah, berbagi ketika senang, belajar bareng, nonton bareng, makan bareng, ag\h pokoknya banyak... karena keanekaragaman usia dan jurusan, kita jadi sering tuker pengalaman. Ada sosok yg dewasa, manja, ceria, pendiem, DSB...
Apalagi waktu sy sakit dan ga sempet pulang ke rumah... Mereka rame2.. dengan setia menjaga dan merawat smpe sy sembuh (jd malu) karna waktu itu sy sakit DBD, tiap hari ada yg bertugas beli Jus Jambu, beli makan, nganter ke dokter, beli buah... macem2 deh..

Dari situ..sy menyadari pentingnya makna kebersamaan dan keluarga..

Tapi, karena ada suatu hal, sy dan "gank" tadi (sebagian aja sih) terpaksa hijrah ke daerah lain, tepatnya di Jalan Negla Tengah No.60 . lumayan agak ketas dari tempat yg lama...
dengan T'Febri Aeni Yuni dan Yatun tetap di kostan yg lama... Dan ada penambahan warga baru Diah'Tekpend08, Wulan Tekpend08, Nirmala Pkn08..
Jadi bikin keluarga baru deh...

Tambah Rame...

Oia, untuk T'Sri Pkn005 dan T Selvi Pend.Kimia05 kita mengucapkan selamt dan sukses.. telah menjalankan sidang skripsi dan tinggal diwisuda...Selamet y teteh2...

tapi satu hal,,,
Menurut teteh yg udah lulus nih... Lulus tuh ada enaknya ada juga ga enaknya... tapi lebihbanyak ga enaknya... karena harus lulus jg dari kostan..(lebay.. y).. senengnya sih cm dapet Gelar 'Spd' dibelakang nama... tapi sedihnya justru yg paling banyak,,,,

tapi life must go on kan???

Sy yakin... semua yg bertittle anak kostan pasti punya cerita masing2 yg ga kalah seru ttg "gank" kostannya masing2... malah kalo sy boleh bilang.. yang ga ngekost merugi,, karna ga ngalamin warna-warni pelangi kehidupan yg dijalani bareng temen, sahabat, keluarga,.. penuh suka duka tawa air mata dilewati bnersama.. hahaha lebay ah...

yah pokoknya untuk semua anak kostan diIndonesia atau dimanapun...
selamat menjalani hari-hari penuh warna deh...

for all my kostan"gank"
I Love U ALLL....

Mau Usaha Apa ya???



Berkat motivasi dari seorang dosen di mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan... sekarang sy jadi putar otak buat bisnis... bisnis apa y yg kira2 menguntungkan sekaligus menyenangkan buat sy.. browsing ah...