Jumat, 11 September 2009

TIK dalam Pendidikan

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan

TIK secara umum

Istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mulai popular di akhir tahun 70-an yang berfungsi untuk menjawab tantangan zaman. Pada masa sebelumnya, istilah teknologi komputer atau pengolahan data elektronis disebut juga EDP (Electronic Data Processing). Menurut kamus Oxford (1995) teknologi informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer untuk menyimpan, menganalisa, dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata, bilangan, gambar. Sedangkan menurut Everett M Rogers dalam bukunya Communication Technology (1986) mengemukakan bahwa “Teknologi informasi merupakan perangkat keras bersifat organisatoris dan meneruskan nilai-nilai social dengan siapa individu atau khalayak mengumpulkan, memproses dan saling menukar informasi dengan individu atau khalayak lain”

TIK dalam dunia Pendidikan

Perkembangan TIK yang semakin pesat sejak akhir 70-an juga dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Seperti penemuan kertas, mesin cetak, radio, video, Overhead projector, film, televisi, dan komputer juga telah dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Revolusi teknologi khususnya komputer dan internet saat ini telah mengubah cara pandang dan berpikir pada masyarakat dunia. Salah satunya dalam bidang pendidikan. Di era yang serba nirkabel dan menuntut multimedialitas, mau tidak mau, siap tidak siap pembelajaran berbasis TIK harus dimulai dari sekarang.
Pendayagunaan TIK di sekolah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan bahan ajar yang dikemas dalam bentuk media berbasis TIK dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Bersamaan dengan itu, pada generasi e-learning ini, kesadaran masyarakat terhadap pembelajaran berbasis TIK akan semakin besar. Saat ini jugalah waktu yang tepat untuk merangsang masyarakat agar menggunakan teknologi dalam upaya pengembangan sumber daya manusia. Oleh karena itu, perlu terus ditumbuhkan kesadaran masyarakat untuk lebih memberi perhatian pada peningkatan kuantitas dan kualitas media pembelajaran berbasis TIK dan pemanfaatannya. (Disampaikan oleh Ir.Lilik Gani HA, M.Sc.Ph.D Kepala Pustekkom Depdiknas dalam Seminar Internasional dan Kolokium Teknologi Pendidikan 2008 dengan Tema Peran Teknologi Pendidikan dalam Meningkatkan Akses, Mutu, dan Relevansi Pendidikan Indonesia)
Peranan teknologi informasi pada aktivitas manusia saat ini memang begitu besar. Karena dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat memperpendek jarak, memperkecil biaya, dan mengefisiensi waktu dalam berhubungan dengan orang lain. Sehingga fitur-fitur baru dalam dunia komunikasi semakin menjamur. Seperti saat ini, semua orang tidak ada yang tidak mengenal facebook, yahoo messenger, friendster, dan lain sebagainya. TIK juga melahirkan fitur baru dalam dunia pendidikan. Sistem pembelajaran yang berbasis multimedia dapat menyajikan materi pelajaran yang lebih menarik, tidak monoton, dan memudahkan penyampaian.
TIK dalam pendidikan salah satunya digunakan dalam media pembelajaran. Yakni sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Agar pelajaran yang disampaikan lebih mudah dicerna oleh siswa dan lebih efisien dari segi waktu dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran.

Tidak Sekedar Komputer dan Internet

Sejauh ini, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam pendidikan selalu dikaitkan dengan penggunaan komputer dan internet dalam pembelajaran. Penggunaan alat-alat canggih yang dioperasikan secara digital dan akses internet yang cepat sebagai search engine dalam mencari bahan pelajaran dijadikan salah satu indikator penggunaan TIK dalam pembelajaran. Sedikit sekali yang berfikir bahwa TIK tidak hanya sekedar penggunaan komputer dan internet.
Secara sederhana, Teknologi informasi dan komunikasi adalah suatu alat atau kegiatan yang dapat mempermudah pekerjaan manusia dalam menerima dan memberikan informasi serta dalam melakukan proses komunikasi. Sebagai contoh adalah sebuah pena atau pensil. Pena atau pensil yang digunakan untuk menulis suatu informasi dalam melakukan suatu proses komunikasi juga dapat disebut TIK. Karena pena tersebut merupakan sebuah alat yang dapat mempermudah manusia dalam memberi atau menerima informasi dan melakukan proses komunikasi.

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya. Seperti bahasa, suku, alat musik, tarian, permainan tradisional, adat istiadat dan sebagainya. Peninggalan kebudayaan Indonesia juga diwariskan melalui media grafis yang dapat dilihat secara visual dua dimensi maupun tiga dimensi. Seperti patung, candi, stupa, batu tulis, prasasti, peninggalan zaman prasejarah, dan lain sebagainya. Benda-benda sejarah tersebut merupakan suatu alat yang mampu memberikan suatu informasi dan merupakan sebuah proses komunikasi antar generasi bahkan antar peradaban manusia.
Karena TIK sudah terlalu sering dikaitkan dengan komputer dan internet, maka keberadaan TIK “tradisional” sudah semakin dilupakan. Baik oleh pemerintah selaku pembuat kurikulum dan pelaku utama pendidikan yakni guru/dosen. Hampir semua berpandangan bahwa TIK adalah pemanfaatan komputer dan internet dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berbasis TIK adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas komputer yang terhubung dengan proyektor, serta menggunakan aplikasi multimedia yang canggih. Sehingga percobaan Fisika sekalipun mampu dilakukan oleh simulator yang dioperasikan melalui computer. Padahal, merujuk kepada perkataan Everett M Rogers dalam bukunya Communication Technology (1986) mengemukakan bahwa “Teknologi informasi merupakan perangkat keras bersifat organisatoris dan meneruskan nilai-nilai social dengan siapa individu atau khalayak mengumpulkan, memproses dan saling menukar informasi dengan individu atau khalayak lain” Sehingga TIK bukan hanya sekedar teknologi komputer dan internet.

Dampak

Manusia adalah makhluk yang terus berkembang, memiliki akal, naluri, dan perasaan. Dalam dunia pendidikan, khususnya pembelajaran ada hal yang harus dicermati bersama yakni keberadaan peserta didik secara psikologis. Apabila TIK hanya didefinisikan komputer dan internet, maka peserta didik akan menghabiskan banyak waktunya dalam belajar menggunakan komputer dan internet. Hal ini akan membuat peserta didik menjadi bersifat individual. Dalam Individual Learning yang menggunakan komputer dan internet dalam belajar, peserta didik akan menjadi pribadi yang individualistis, kurang peka terhadap lingkungan sosialnya, dan kurang bisa bekerja sama. Salah satu contohnya adalah program e-learning yang sedang hangat diperbincangkan dalam dunia pendidikan sekarang ini.

Sebuah Solusi

Untuk itu pentingnya menggunakan TIK “tradisional” seperti permainan tradisional, wisata museum, dan teknologi tradisional lain yang menjadi keunggulan lokal Indonesia perlu diaktifkan kembali dengan tidak mengesampingkan kemajuan teknologi komputer dan internet yang berkembang saat ini. Selain sebagai pemanfaatan TIK dalam pendidikan, menggunakan TIK “tradisional” juga merupakan upaya meningkatkan daya saing bangsa terutama dalam bidang pendidikan berbasis keunggulan lokal. Yakni dari keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Peran guru dalam mengubah paradigma TIK yang hanya berbasis komputer dan internet juga perlu diperhatikan. Kini saatnya para guru Indonesia berfikir out of the box dan berfikir kreatif dengan cara menggunakan TIK “tradisional” guna memajukan pendidikan Indonesia. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah penggunaan TIK dalam pembelajaran dapat dikatakan bermanfaat apabila menggapai lebih banyak siswa yang tak tersentuh dengan cara konvesional, mengurangi beban guru, terjangkau oleh keuangan negara, serta penggunaan teknologi sudah meluas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar