Rabu, 18 November 2009

JAwaban UTS Model-model Pembelajaran

JAWABAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

1. a. Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu
b) Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan dan berdasarkan teori John Dewey, model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis
c) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu
d) Misalnya model berfikir induktif dirancang untuk mngembangkanproses berfikir induktif
e) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya midel Synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran mengarang
f) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: (1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); (2) adanya prinsip-prinsip reaksi; (3) system sosial; dan (4) sistem pendukung. Keempat bagian tersebut merupkana pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran
g) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran
h) Dampak tersebut meliputi: (1) dampak pembelajaran, yakni hasil belajar yang dapat diukur; (2) dampak mengiring, yakni hasil belajar jangka panjang
i) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya
b. Empat Jenis Model Pembelajaran Berdasarkan Teori
1) Model Interaksi Sosial
Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model interaksi social menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together). Teori pembelajaran Gestalt dirintis oleh Max Wertheimer (1912) bersama dengan Kurt Koffka dan W. Kohler, mengadakan eksperimen dengan pengamatan visual dengan fenomena fisik. Percobaannya yaitu memproyeksikan titik-titik cahaya (keseluruhan lebih penting dari pada bagian).

Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu objek/peristiwa adalah terletak pda keseluruhan bentuk (gestalt) dan bukanbagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian.

Aplikasi Teori Gestalt dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a) Pengalaman Insight/tilikan. Dalam proses pembelajaran siswa hendaknyamemiliki kemampuan insight, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsure dalam suatu objek. Guru hendaknya mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan insight.
b) Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran. Content yang dipelajari siswa hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya dimasa yang akan datang
c) Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku disamping adanya kaitan dengan SR-Bond, juga terkait erat dengan tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran terjadi karena siswa memiliki harapan tertentu. Sebab itu, pembelajaran akan berhasil bila siswa mengetahui tujuan yang akan dicapai.
d) Prinsip ruang hidup (life space). Dikembangkan oleh Kurt Lewin (teori medan/field theory). Perilaku siwa terkait dengan lingkungan/medan dimana ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan dengan situasi lingkungan dimana siswa berada (kontekstual).
e) Kerja kelompok, bertujuan mengambankan keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan intrapersonal dan discovery skill dalam bidang akademik.
f) Pertemuan kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung jawab, bak terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
g) Pemecahan masalah sosial atau inquiry sosial bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah social dengan cara berfikir logis.
h) Simulasi sosial, bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.
Tabel Rumpun Model Interaksi Sosial
No. Model Tokoh Tujuan
1. Penentuan Kelompok Herbert Teken & John Dewey Perkembangan keterampilan untuk partisipasi dalam proses social demokratis melalui penekanan yang dikombinasikan pada keterampilan-keterampilan antar pribadi (kelompok) dan keterampilan-keterampilan penentuan akademik. Aspek perkembangan pribadi merupakan hal yang penting dalam model ini
2. Inkuiri Sosial Byron Massialas & Benjamin Cox Pemecahan masalah social, terutama melalui penemuan social dan penalaran logis
3. Model Laboratori Bethel Maine (National Teaching Laboratory) Perkembangan keterampilan antarpribadi dan kelompok melalui kesadaran dan keluwesan pribadi
4. Jurisprudensial Donald Oliver & James P. shaver Dirancang terutama untuk mengajarkan kerangka acuan jurisprudensial sebagai cara nerfikir dan penyelesaian isu-isu social
5. Bermain Peran Fainnie Shatel & George Fhatel Dirancang untuk mempengaruhi siswa agar menemukan nilai-nilai pribadi dan social. Perilaku dan nilai-nilainya diharapkan anak menjadi sumber bagi penemuanberikutnya
6. Simulasi Sosial Sarene Bookock &Harold Guetzkov Dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam-macam proses dan kenyataan social, dan untuk menguji reaksi mereka , serta untukmemperoleh keterampilan pembuatan keputusan

2) Model Pemrosesan Informasi
Model ini berdasarkan teori belajar Kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memroses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan: mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep serta menggunakan symbol verbal dan visual. Teori pemrosesan informasi/ kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinnya adalah pembelajaran merupakan factor yang sangat penting dalam perkembangan.

Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian dioleh sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal (keadaan individu, proses kognitif) dan kondisi-kondisi ekdternak (rangsangan dari lingkungan) dan interaksi antar keduanya akan menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capabilities) yang terdiri dari: (1) informasi verbal; (2) kecakapan intelektual; (3) strategi kognitif; (4) sikap; (5) Kecakapan motorik.

Delapan fase proses pembelajaran menurut Robert M. Gagne adalah sebagai berikut:
a) Motivasi, fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertetu (motivasi intrinsik dan ekstrinsik).
b) Pemahaman, individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran. Pemahaman dapat diperoleh melalui perhatian.
c) Pemerolehan, individu memberikan makna/mempersepsi segala informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori siswa.
d) Penahanan, menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka panjang. Proses mengingat jangka panjang.
e) Ingatan kembali, mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, apabila ada rangsangan.
f) Generalisasi, menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
g) Perlakuan, perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran.
h) Umpan balik, individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya.
Ada Sembilan langkah yang harus diperhatikan pendidik di kelas kaitannya dengan pembelajaran pemrosesan informasi:
a) Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa;
b) Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas;
c) Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran;
d) Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik
e) Memberikan bimbingan bagi aktivita siswa dalam pembelajaran;
f) Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran;
g) Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa;
h) Melaksanakan penilaia proses dan hasil;
i) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
Model proses informasi ini meliputi beberapa strategi pembelajaran sebagai berikut:
a) Mengajar induktif, yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan membentuk teori
b) Latihan inquiry, yaitu untuk mencari dan menemukan informasi yang memang diperlukan
c) Inquiry keilmuan, bertujuan untuk mengajarkan system peneltian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan akan memperoleh pengalaman dalam domain-domain disiplin ilmu lainnya
d) Pembentukan konsep, bertujuan untuk mengenbangkan kemampuan berfikir induktif, mengembangkan konsep, dan kemampuan analisis
e) Model pengembangan, bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama berpikir logis, aspek social, dan moral.
f) Advanced Organizer Model, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna.
Implikasi teori belajar kognitif (piaget) dalam pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
a) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa, oleh karena itu, guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak. Anak akan dapat belajar dengan baik apabila ia menghadapi lingkungan dengan baik.
b) Guru harus dapat membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sebaik mungkin (fasilitator, ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani)
c) Bahan yang harus dipelajari hendaknya dirasakan baru, tetapi tidak asing. Beri peluang kepada anak untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangannnya.
d) Di kelas, berikan kesempatan pada anak untuk dapat bersosialisasi dan diskusi sebanyak mungkin.
Tabel Rumpun Model Pemrosesan Informasi
No. Model Tokoh Tujuan
1. Model berpikir induktif Hilda Taba Dirancang untuk pengembangan proses mental induktif dan penalaran akademik, atau pembentukan teori
2. Model Latihan Inquiri Richard Suchman Dirancang untuk mengajar murid untuk menghadapi penalaran kausal, dan untuk lebih fasih dan tepat dalam mengajukan pertanyaan, membentuk konsep dan hipotesis. Model ini pada mulanya digunakan dalam sains, tetapi kemampuan-kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial
3. Inkuiri ilmiah Joseph J. Schwab Dirancang untuk mengajar system penelitian dari suatu disiplin, tetapi juga diharapkan untuk mempunyai efek dalam kawasan-kawasan lain (metode-metode social mungkin diajarkan dalam upaya meningktkan pemehaman social dan pemecahan masalah sosial
4. Penemuan Konsep Jerome Bruner Dirancang terutma untuk mengembangkan penalaran induktif , juga untuk perkembangan dan analisis konsep
5. Pertumbuhan Kognitif Jean Piaget, Irving Sigel, Edmund Sulivan, Lawrence, Kohlberg Dirancang untuk meningktkan perkembangan intelektual, terutama penalaran logis, tetapi dapat diterapkan pada perkembangan social dan moral
6. Model Penata Lanjutan David Ausubel Dirancang untuk meningkatkan efisiensi kemampuan pemrosesan informasi untuk menyerap dan mengaitkan bidang-bidang pengetahuan
7. Memori Harry Lorayne, Jerry Lucas Dirancang untuk meningkatkan kemmapuan mengingat

3) Model Personal
Model ini bertitik tolak dari Teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untukmengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi siswa yang mampu membentuk hubungan yang harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif.

Model ini juga berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan. Tokoh Humanistik adalah Abramah Maslow (1962), R. Rogers, C. Buhler, dan Arthur Comb. Menurut teori ini, guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengmbangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Teori Humanistik timbul sebagai gerakan memanusiakan manusia. Pada teori Humanistik ini, bukan menahan sensitivita siswa terhadap perasaannya.

Implikasi Teori Humanistik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
a) Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan
b) Tingkah laku yang ada dapat dilaksanakan sekarang (learning to do)
c) Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri
d) Sebagian besar tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsi dirinya
e) Mengajar adalah buka hal penting, tetapi belajar siswa adalah sangat penting (learn how to learn)
f) Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap

Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut:
a) Pembelajaran nondirektif, bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi (kesadaran diri, pemahaman, dan konsep diri)
b) Latihan kesadaran, bertujuan untuk membentuk kemampuan interpersonal atau kepedulian siswa
c) Sinetik, untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan memecahkan masalah secara kreatif
d) Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes
Tabel Rumpun Model Personal
No. Model Tokoh Tujuan
1. Pengajaran non-directif Carl Rogers Penekanan pada pembentukan kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian, dan konsep diri
2. Latihan Kesadaran Fritz PerlsWillian Scgutz Meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak menekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman antarpribadi
3. Sinektik William Gordon Perkembangan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif
4. System-sistem Konseptual David Hunt Dirancang untuk meningkatkan kekompleksan dan keluwesan pribadi
5. Pertemuan Kelas Willian Glasser Perkembangan pemahaman diri dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kelompok sosial

4) Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavioral)
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulais penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati karakteristik model ini adalah dalam penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari siswa lebih efisien dan berurutan.

Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini, yaitu:
a) Fase mesin pembelajaran (CAI dan CBI)
b) Penggunaan media
c) Pengajaran berprograma (linier dan branching)
d) Operant conditioning dan operant reinforcement
Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak. Modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan reward, sebagai reinforcement pendukung. Penerapan prinsip pembelajaran individual terhadap pembelajaran klasikal.
Tabel Rumpun Model Modifikasi Tingkah Laku (Behavioral)
No. Model Tokoh Tujuan
1. Manajemen kontingensi B.F Skinner Fakta-fakta, konsep , keterampilan
2. Kontrol Diri B.F Skinner Perilaku/keterampilan sosial
3. Relaksasi (santai) Rimm & Masters Wolpe Tujuan-tujuan pribadi (mengurangi ketegangan dan kecemasan)
4. Pengurangan Ketegangan Rimm & Masters Wolpe Mengalihkan kesantaian kepada kecemasan dalam situasi sosial
5. Latihan Asertif Wolpe, Lazarus, Salter Ekspresi perasaan secara langsung dan spontan dalam situasi sosial
6. Latihan Langsung Gagne Smith & Smith Pola-pola perilaku, keterampilan

C. Tiga Model Desain Pembelajaran disertai dengan Langkah-langkah Pelaksanaannya
Model desain pembe;ajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran. Beberapa model pengembangan pembelajaran antara lain: Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Model Jerold E. Kemp, Gerlach & Ely, Glasser, Bella Banathy, Rogers, dan model-model pembel;ajaran yang lainnya.
1) Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional)
Munculnya model PPSI dilatarbelakangi oleh beberapa hal berikut:
a) Pemberlakuan Kurikulum 1975, metode penyampaian adalah “Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)” untuk Pengembangan Satuan Pembelajaran (RPP)
b) Berkembangnya paradigm “pendidikan sebagai suatu system” maka pembelajaran menggunakan pendekatan system (PPSI)
c) Pendidik/guru masih menggunakan paradigm “Transfer of Knowledge” belum pada pembelajaran yang professional
d) Tuntutan kurikulum 1975 yang berorientasi pada tujuan, relevansi, efisiensi, efektifitas, dan kontinuitas
e) Sistem semester pada kurikulum 1975 menuntut perencanaan pengajaran sampai satuan materi terkecil
Konsep dari PPSI ini adalah bahwa system instruksional yang menggunakan pendekatan system, yaitu satu satuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sementara itu, fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistematik dan sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman bagi pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
PPSI digunakan sebagai pendekatan penyampaian pada kurikulum 1975 untuk tingkat SD, SMP, dan SMA, dan kurikulum 1975buntuk sekolah kejuruan. PPSI menggunakan pendekatan system yang menggunakan adanya tujuan yang jelas sehingga dapat dikatakan bahwa PPSI merujuk pada pengertian sebagai suatu system, yaitu sebagai kesatuan yang terorganisasi, yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sebagai suatu system, pembelajaran mengandung sejumlah komponen, seperti tujuan, materi, metode, alat, dan evaluasi yang semuanya berinteraksi satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. PPSI merupakan model pembelajaran yang menerapkan suatu system untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.


Ada lima langkah pokok dari pengembangan model PPSI ini yaitu:
a) Merumuskan tujuan pembelajaran (menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar, berbentuk tingkah laku, dan hanya ada satu kemampuan/tujuan)
b) Pengembangan alat evaluasi (menentukan jenis tes yang akan digunakan, menyusun item soal untuk setiap tujuan)
c) Menentukan kegiatan belajar mengajar (merumuskan semua kemungkinan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan, menetapkan kegiatan pembelajaran yang akan ditempuh)
d) Merencanakan program kegiatan belajar mengajar (merumuskan materi pelajaran, menetapkan metode yang digunakan, memilih alat dan sumber yang digunakan dan menysun program kegiatan/jadwal)
e) Pelaksanaan, (mengadakan pre-tes, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan post-test dan revisi)
Secara lebih rinci langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Langkah 1: Merumuskan Tujuan Pembelajaran
Dalam merumuskan tujuan instruksional yang dimaksud adalah tujuan pembelajaran khusus, yaitu rumusan yang jelas dan operasional tentang kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu program pembelajaran. Kemampuan-kemampuan atau kompetensi tersebutg harus dirumuskan secara spesifik dan terukur sehingga dapat diamati dan dievaluasi.

Langkah 2: Mengembangkan Alat Evaluasi
Setelah tujuan pembelajaran dirumuskan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan alat evaluasi, yaitu tes yang fungsinya untuk menilai sejauh mana siswa telah menguasai kemampuan atau kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran khsusus tersebut. Dalam model PPSI berbeda dari apa yang biasanya dilakukan, pengembangan alat evaluasi tidak dilakukan pada akhir dari kegiatan pembelajaran, tetapi pada langkah kedua sesudah tujuan pembelajarn khusus ditetapkan. Hal ini didasarkan atas prinsip yang berorientasi pada tujuan (hasil), yaitu penilaian terhadap suatu system pembelajaran didasarkan atas hasil yang dicapai.

Dalam mengembangkan alat evaluasi ini perlu ditentukan terlebih dahulu jenis-jenis tes dan bentuk-bentuk tes yang akan digunakan. Apakah jenis tes tertulis, lisan, atau tes perbuatan. Kemuadian bentuk tes yang digunakan apakah pilihan ganda (multiple choice), esai, benar-salah, atau menjodohkan. Untuk menilai sejumlah tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, dapat digunakan satu jenis tes atau satu bentuk tes, atau bahkan tiga jenis bentuk tes. Hal ini sangat bergantung pada hakikat tujuan yang akan dicapai.

Langkah 3: Menentukan Kegiatan Belajar Mengajar
Sesudah tujuan dan alat evaluasi ditetapkan, langkah selanjutnya adalah menetapkan kegiatan belajar mengajar, yaitu kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menentukan kegiatan belajar mengajar hal yang harus dilakukan adalah:
a) Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan
b) Menetapkan mana dari sekian kegiatan belajar tersebut yang perlu ditempuh dan tidak perlu ditempuh lagi oleh siswa
c) Menetapkan kegiatan belajar yang masih perlu dilaksanakan oleh siswa

Pada langkah ini sesudah kegiatan belajar siswa ditetapkan, perlu dirumuskan pokok-pokok materi pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa sesuai dengan jenis kegiatan belajar yang telah ditetapkan.
Langkah 4: Merencanakan Program Kegiatan Belajar Mengajar

Setelah langkah satu sampai tiga ditetapkan, selanjutnya perlu dimantapkan dalam suatu program pembelajaran. Titik tolak dalam merencanakan program kegiatan pembelajaran adalah suatu pelajaran yang diambil dari kurikulum yang telah ditetapkan jumlah jam/SKS-nya dan diberikan pada kelas pada semester tertentu. Pada langkah ini perlu disusun srategi proses pembelajaran dengan cara merumuskan kegiatan mengajar dan kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis sesuai dengan situasi kelas. Pendekatan dan metode pembelajaran yang akan digunakan dipilih sesuai dengan tujuan dan karakteristik materi yyang akan disampaikan. Termasuk dalam langkah ini adalah penyusunan pokok pelaksanaan evaluasi.

Langkah 5: Pelaksanaan
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan Pre-Test (Tes Awal)
Tes yang diberikan kepada siswa adalah tes yang telah disusun pada langkah kedua. Fungsi tes awal ini adalah untuk memperoleh informasi tentang kemampuan awal siswa sebelum mereka mengikuti program pembelajaran yang telah disiapkan. Apabila siswa telah menguasai kemampuan yang tercantum dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, hal itu tidak perlu diberikan lagi oleh pengajar dalam program pembelajaran yang akan diberikan.

2. Menyampaikan Materi Pelajaran
Pada prinsipnya penyampaian materi pelajaran harus berpegang pada rencana yang telah disusun pada langkah keempat, yaitu “merencanakan kegiatan belajar mengajar”, baik dalam materi, metode, maupun alat yang digunakan. Selain itu, sebelum menyampaikan materi pelajaran, hendaknya guru menjelaskan dulu kepada siswa tujuan/kompetensi yang akan dicapai sehingga mereka mengetahui kemampuan-kemampuan yang diharapkan setelah selesai pelajaran.

3. Mengadakan Post-Test (Tes Akhir)
Post-Test diberikan setelah selesai mengikuti program pembelajaran. Tes yang diberikan identik dengan yang diberikan pada tes awal, jadi bedanya terletak pada waktu dan fungsinya.

Tes awal (pre-test) berfungsi untuk menilai kemampuan awal siswa mengenai materi pelajaran sebelum pembelajaran diberikan, sedangkan tes akhir (post-test) berfungsi untukmenilai kemampuan siswa mengenai penguasaan materi pelajaran setelah pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dapat diketahui seberapa jauh keberhasilan program pembelajaran yang telah dilakukan dalam rangka mencapai tujuan kompetensi yang telah ditetapkan.

2) Model Glasser
Model Glasser adalah model yang paling sederhana. Ia menggambarkan suatu desain atau pengembangan pembelajaran kedalam empat komponen berikut:



3) Model Gerlach & Ely











Model pembelajaran Gerlach dan Ely dikembangkan berdasarkan sepuluh unsure yaitu:
a) Spesifikasi isi pokok bahasan (specification of content)
b) Spesifikasi tujuan pembelajaran (specification of objectives)
c) Pengumpulan dan penyaringan data tentang siswa (assessment of entering behaviors)
d) Penentuan cara pendekatan, metode, dan teknik mengajar (determination of strategy)
e) Pengelompokan siswa (organization of group)
f) Penyediaan waktu (allocation of time)
g) Pengaturan ruangan (allocation of space)
h) Pemilihan media/sumber belajar (selection of resources)
i) Evaluasi (evaluation of performance)
j) Analisis umpan balik (analysis of feedback)
4) Model Jerold E. Kemp













Model pembelajaran Jerold E.Kemp (1977), terdiri dari delapan langkah yaitu:
a) Menentukan tujuan pembelajaran umum atau standar kompetensi dan kompetensi dasar, yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan pembelajaran
b) Membuat analisis tentang karakteristik siswa, analisis ini diperlukan antara lain unruk mengetahui, apakah latar belakang pendidikan dan sosial budaya siswa memungkinkan mengikuti program, dan langkah-langkah apa yang perlu diambil
c) Menentukan tujuan pembelajaran khusus atau indicator, yaitu tujuan yang spesifik, operasional dan terukur, dengan denikian siswa akan tahu apa yang harus dipelajari, bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya bahwa siswa telah berhasil, dari segi guru, rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes kemampuan dan pemilihan bahan/materi yang sesuai
d) Menentukan materi/bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus
e) Menentukan penjajagan awal (pre-assessment) atau pre-test, yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memenuhi persyaratan belajar yang dituntut untuk mengikuti program pembelajaran, dengan demikian dalam pembelajaran dapat memilih materi yang dibutuhkan dan diperlukan tanpa harus menyajikan materi yang tidak perlu dan siswa tidak cepat bosan
f) Menentukan strategi belajar mengajar dan sumber belajar yang sesuai criteria umum untuk pemilihan strategi belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran khusus tersebut adalah: (a) efisiensi; (b) keefektifan; (c) ekonomis; (d) kepraktisan, melalui suatu analsisi alternative
g) Koordinasi sarana penunjang yang diperlukan, meliputi: biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan tenaga
h) Mengadakan evaluasi, yaitu untuk mengontrol dan mengkaji keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu: (a) siswa; (b) program pembelajaran; (c) instrument evaluasi; (d) metode yang digunakan.


2. Pola Pembelajaran Barry Mories
1) Pola Pembelajaran Tradisional 1



Dalam model ini, guru hanya menyampaikan apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Biasanya, isi pelajaran disampaikan dengan metode ceramah. Sehingga pembelajaran yang berlangsung lebih bersifat mekanistis tanpa adanya channel atau media sebagai perantara.

2) Pola Pembelajaran Tradisional 2


Dalam model ini, guru sudah menggunakan channel atau media dalam memberikan materi pelajaran, Namun, peran guru masih mendominasi. Komunikasi visual yang disajikan media pembelajaran yang digunakan belum maksimal. Contohnya penggunaan proyektor dalam menyajikan materi pelajaran. Walaupun proyektor terkesan media yang canggih, tetapi sebenarnya media tersebut belum maksimal digunakan sebagai media pembelajaran karena guru masih mendominasi.
3) Pola Pembelajaran Guru dan Media



Dalam model ini, media sudah mulai berperan dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi mendominasi proses penyampaian materi. Contohnya, pemutaran film mengenai suatu mata pelajaran. Peserta didik diberikan materi dengan cara menyaksikan sebuah film. Setelah itu, materi yang ada pada film tersebut didiskusikan oleh guru dan peserta didik. Sehingga pada model ini, peran guru dan media hampir seimbang.

4) Pola Pembelajaran Bermedia


Dalam model ini, media sudah berperan penuh dalam menyampaikan materi pembelajaran. Peserta didik mendapatkan materi pembelajaran dengan cara berinteraksi langsung dengan media yang telah disediakan. Contohnya adalah penggunaan CBI (Computer Base Instruction) atau CAI (Computer Assisted Instruction). Biasanya menggunakan CD interaktif. Dan sekarang juga dikenal istilah E-Learning, yakni pembelajaran yang berbasis web yang terkoneksi dengan jaringan internet.
3. Model Pembelajaran yang Cocok untuk KTSP
4. Model CBSA dan PAKEM
Model CBSA
PENGERTIAN CBSA
Cara belajar siswa aktif (CBSA) adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Pada hakikatnya, keaktifan belajar terjadi dan terdapat pada semua perbuatan belajar, tetapi kadarnya yang berbeda tergantung pada jenis kegiatannya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai.
Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti : mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah, menyusun rencana, dll. Kegiatan tersebut ada yang dapat diamati dan ada yang tidak dapat diamati secara langsung. Setiap kegiatan tersebut menuntut keterlibatan intelektual – emosional siswa dalam proses pembelajaran melalui asimilasi dan akomodasi kognitif untuk mengenbangkan pengetahuan, tindakan serta pengalaman langsung dalam rangka membentuk keterampilan, penghayatan serta internalisai nilai – nilai dalam pembentukan sikap.
RASIONAL CBSA DALAM PEMBELAJARAN
Pelaksanaan proses pembelajaran dititikberatkan pada keaktifan siswa belajar dan keaktifan guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. Cara belajar disesuaikan dengan minat dan pemberian kemudahan kepada siswa untuk memperoleh pemahaman, pendalaman dan pengendapan sehingga hasil belajar berinternalisasi dengan pribadi siswa.
Cara belajar siswa aktif tersebut dapat berlangsung denga efektif, bila guru melaksanakan fungsi dan perannya secara aktif dan kreatif. Peran guru bukan sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran kepada siswa, melainkan bertindak sebagai pembantu dan pelayan bagi siswanya. Siswa aktif belajar, sedangkan guru memberikan fasilitas belajar, bantuan dan pelayanan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, ialah :
a) Menyiapkan lembaran kerja
b) Menyusun tugas bersama siswa
c) Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan
d) Memberikan bantuan dan pelayanan apabila siswa mendapat kesulitan
e) Menyalurkan bakat dan minat siswa
f) Mengamati setiap aktivitas siswa
Kegiatan – kegiatan tersebut menunjukan, bahwa pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA tidak diartikan guru menjadi pasif, melainkan tetap harus aktif namun tidak bersikap mendominasi siswa dan menghambat perkembangan potensinya. Gru bertindak sebagai guru inquiry dan fasilitator.
KADAR CBSA DALAM PEMBELAJARAN
Kadar CBSA itu dalam rangka system belajar mengajar menunjukkan cirri – ciri, sebagai berikut :
1. Pada tingkat masukan, ditandai oleh :
• Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan pembelajarn sesuai dengan kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, aspirasi yang telah dimilikinya sebagai bahan masukan untuk melakukan kegiatan belajar.
• Adanya keterlibatan siswa dalam memilih dan menyediakan sumber bahan belajar.
• Adanya kesadaran dan keinginan belajar yang tinggi serta motivasi untuk melakukan kegiatan belajar.
2. Pada tingkat proses, ditandai oleh :
• Adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional, intelektual, dan personal dalam proses belajar.
• Adanya berbagai macam keaktifan siswa dan berbagai kegiatan lainnya yang mengandung unsur kemandirian yang tinggi.
3. Pada tingkat produk, ditandai oleh :
• Keterlibatan siswa dalam menilai diri sendiri dan menilai teman sekelas.
• Keterlibatan siswa secara mandiri mengerjakan tugas, menjawab tes, dan mengisi instrument penilaian lainnya yang diajukan oleh guru.
KEBAIKAN CBSA
Beberapa kenaikan CBSA, sebagaimana dikemukakan oleh T.Raka Joni, bahwa :
 Prakarsa siswa/mahasiswa dalam kegiatan belajar, yang ditunjukan melalui keberanian mengeluarkan pendapat tanpa secara ekslusif diminta.
 Belajar dengan pengalaman langsung merupakan indicator lain dari kegiatan belajar mengajar.
 Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar mengajar merupakan indicator dalam CBSA.
KELEMAHAN CBSA
 Tidak menjamin dalam melaksanakan keputusan.
 Diskusi tidak dapat diramalkan
 Memasyarakatkan agar semua siswa memiliki keterampilan bersiskusi yang diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif.
 Membentuk pengaturan fisik dan jadwal kegiatan secara luwes.
 Dapat menjadi palsu jika pemimpin mengalami kesulitan mempertemukan berbagai pendapat padahal dia telah mengetahui jawaban yang diinginkan, sehingga ia menolak pendapat peserta lain.
Model PAKEM
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:
1. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
2. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
3. Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’
4. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
5. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Gambaran PAKEM diperlihatkan dengan berbagai kegiatan yang terjadi selama pembelajaran. Pada saat yang sama, gambaran tersebut menunjukkan kemampuan yang perlu dikuasai guru untuk menciptakan keadaan tersebut. Berikut tabel beberapa contoh kegiatan pembelajaran dan kemampuan guru.
Kemampuan Guru Pembelajaran
Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:
Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
Gambar
Studi kasus
Nara sumber
Lingkungan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa:
Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
Menarik kesimpulan
Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri
Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui:
Diskusi
Lebih banyak pertanyaan terbuka
Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.
Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
Guru mengaitkan PEMBELAJARAN dengan pengalaman siswa sehari-hari. Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.
Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai PEMBELAJARAN dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. Guru memantau kerja siswa
Guru memberikan umpan balik

5. Penggunaan Model Pembelajaran di Sekolah
Penggunaan model pembelajaran dalam proses pelaksanaan pembelajaran sangatlah penting. Pertama, banyaknya materi pelajaran yang memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Sehingga dibutuhkan pendekatan yang lain pula untuk menyampaikan materi tersebut. Kedua, beragamnya karakteristik peserta didik. Peserta didik memiliki tipe belajar yang berbeda (visual, auditif, dan kinestetik). Sehingga guru harus mampu mengcover semua keunikan yang ada pada diri peserta didik. Ketiga, menghindari kejenuhan saat belajar. Apabila seorang guru menggunakan model pembelajaran yang sama setiap kali menyampaikan materi pelajaran, hal itu akan menyebabkan kejenuhan pada peserta didik. Apalagi metode yang digunakan adalha metode ceramah. Walaupun tidak selamanya metode ceramah itu buruk, namun guru harus proporsional dalam menggunakan metode ceramah.
Sebagai guru yang professional, berbagai model pembelajarab yang ada haruslah dikuasai dengan baik. Bahkan jikalau mampu berinovasi alangkah jauh lebih baik. Seperti kompetisi yang baru-baru ini diselenggarakan oleh Dirjen Pendidikan Departemen Agama, yakni Lomba Kreasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tingkat Nasional 2009. Hal ini menunjukkan tingginya kebutuhan akan inovasi dalam model pembelajaran bagi tenaga pendidik.
Jadi, model-model pembelajaran baik yang sudah ada maupun inovasi baru harus dikuasai dengan baik oleh tenaga pendidik. Karena, proses penyampaian materi pelajaran sangat mempengaruhi behavior change yang diharapkan pada peserta didik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar